Jumat, 20 September 2013

Resume Olimpisme pertemuan ke-3


Resume pertemuan ke-3 Olimpisme: “Filosofi dan Nilai-nilai Olimpisme”
            Mata kuliah olimpisme memasuki pertemuan ketiga pada hari Sabtu, 14 September 2013. Sebelum perkuliahan dimulai, seperti yang telah diperintahkan pada pertemuan sebelumnya, setiap mahasiswa diharuskan membawa makanan untuk sarapan bersama. Sarapan dimulai pada pukul 07.45 WIB sampai pukul 08.00 WIB. Sembari sarapan, OmJay memutarkan film pendek hasil karya siswa didiknya di Labschool. Inti dari film pendek tersebut adalah kita sebagai masyarakat perkotaan harus bisa menjaga dan merawat ruang terbuka hijau yang jumlahnya sangat terbatas untuk udara yang lebih bersih.
            Pukul 08.00 WIB perkuliahan dimulai dengan materi baru, yaitu mengenai Filosofi dan Nilai-nilai Olimpisme. Istilah olimpisme (olypism) berasal dari kata olympia atau olympic yang merupakan sebuah tempat penyelenggaraan aktivitas festival olahraga Yunani kuno (olimpiade kuno) dan isme (ism) yang merupakan ajaran atau sistem tatanan sosial yang memilki nilai bila diterapkan di masyarakat. Jadi, olimpisme adalah dasar fundamental dan filosofi kehidupan yang mencerminkan dan mengombinasikan keseimbangan jasmani dan rohani, harmoni antara keolahragaan, budaya, dan pendidikan, sehingga dapat tercipta hidup yang selaras dan mengedepankan etika. Olimpisme juga mampu mengajarkan persahabatan.
            Disela-sela pemberian materi kuliah, OmJay memutarkan sebuah cuplikan iklan dengan judul “A Thief”. Video tersebut berisi dua orang pencuri yang akhirnya memilih mengembalikan barang-barang curian mereka setelah membaca “A real man are not afraid to change. Why wait?
            Materi berlanjut pada visi olimpiade. Visi olimpiade adalah menempatkan olahraga sebagai wahana pembentukan manusia secara utuh dalam usaha membangun suatu masyarakat yang damai. Jadi, dalam pelaksanaan olimpiade harus tetap menjunjung tinggi persahabatan dan perdamaian karena olahraga bukanlah tujuan utama. Penting untuk menghindari adanya diskriminasi ras dalam pelaksanaan olimpiade.
            Tokoh yang memulai gerakan olimpiade adalah Pierre de Coubertin. Beliau berpendapat,”The Aims of Olympic Movement: to educate young peoples through sport in a spirit of better understanding between each other, and of friendship” (Tujuan dari gerakan olimpiade adalah untuk mengajarkan pemuda melalui olahraga dengan semangat jiwa yang lebih baik satu sama lain dan persahabatan). Jelas dari pernyataan Pierre de Coubertin bahwa olimpiade mengedepankan persahabatan.
            Selanjutnya pendapat mengenai olimpiade dari presiden IOC (Internatinal Olympic Committee) yaitu “Our world today is in need of peace, tolerance, and brotherhood” (Dunia kita saat ini membutuhkan perdamaian, toleransi, dan persaudaraan). Maksudnya adalah IOC berusaha mewujudkan ketiga hal tersebut (perdamaian, toleransi, dan persaudaraan) melalui olimpiade. Persaudaraan tersebut dapat terlihat pada bendera olimpiade berupa lima lingkaran yang saling terkait satu sama lain melambangkan lima benua bersatu dalam kibaran bendera (Olympics make one world flying the flag).
            Tokoh berikutnya yaitu Father Henri Didon, seorang guru dari Republik Dominika yang merupakan teman Pierre de Coubertin. Beliau mengungkapkan nilai dari motto olimpiade (value of the olympic games motto), yaitu Citius (lebih cepat), Altius (lebih tinggi), dan Fortius (lebih kuat). Ketiga motto tersebut ternyata relevan dengan kehidupan sehari-hari, menghadapi persaingan hidup yang semakin ketat tentu kita harus lebih tanggap dan gerak cepat (citius) dalam menghadapi perkembangan dunia yang semakin maju, memilki semangat yang lebih tinggi (altius), dan harus lebih kuat (fortius) agar tidak tersisih.
Ada tiga semangat hidup berdasarkan olimpiade yang patut untuk dicontoh, diantaranya:
1.      Living Excellence
-          Kerja keras untuk mencapai prestasi terbaik
-          Berjuang hingga akhir (pantang menyerah)
-          Fokus terhadap pencapaian prestasi
-          Terus belajar untuk memperoleh prestasi terbaik
-          Menjaga keseimbangan antara kebugaran fisik, motivasi atau keinginan, dan mental.
2.      Living Respect
Hidup harus saling menghargai diri sendiri dan orang lain dalam hal: perbedaan pendapat, keyakinan, keragaman budaya, suku, ras, bangsa, hak-hak sebagai manusia, dan pencapaian prestasi atau kesuksesan seseorang.
3.      Living Friendship
Memelihara persahabatan, berempati kepada orang lain, bekerja sama dalam hal yang positif.
            Selanjutnya dibahas mengenai tujuh konsep pembetukan nilai moral menurut IOC: 1) Excellence in performance (performa terbaik), 2) Joy and pleasure in participation (Ikhlas dalam partisipasi), 3) Fairness of play (jujur), 4) Respect for other nations, cultures, religions, and individuals (menghargai perbedaan bangsa, agama, dan pribadi), 5) Human quality development (Pengembangan kualitas manusia), 6) Leadership by sharing, training, working, and competing together (Memimpin dalam berbagi, berlatih, bekerja, dan berkompetisi), 7) Peaceful co-existence between different rationality (Perdamaian di atas perbedaan).
            Terakhir, dibahas mengenai penjabaran nilai gerakan olimpiade dan olimpisme dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut, diantaranya: visioner, peaceful, no discrimination, mutual understanding, solidarity, friendship, fair play, excellence, fun, respect, human development, leadership, motivation, dan team work.
            Kesimpulan saya pada pertemuan ketiga olimpisme ini adalah olimpiade sangat mengutamakan persahabatan dan perdamaian dalam pelaksanaannya, ada tiga macam semangat hidup olimpiade yang dapat dicontoh yaitu living excellence, living respect, dan living friendship, motto dari olimpiade (citius, altius, fortius) mengajarkan kita untuk terus semangat berkompetisi dalam menghadapi persaingan hidup yang semakin ketat.
            Demikian resume saya pada pertemuan ketiga olimpisme. Semoga bermanfaat. Amin.

1 komentar: