Jumat, 20 September 2013

Resume Olimpisme pertemuan 2



 
Resume pertemuan 2: “Filosofi dan Sejarah Olimpiade Kuno”
            Saya dan teman-teman bertemu kembali dengan Om Jay untuk mata kuliah olimpisme pertemuan kedua pada hari Sabtu, 7 September 2013. Sebelum perkuliahan dimulai, beliau mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk memberikan materi, seperti laptop, microphone, dan speaker. Perkuliahan dimulai dengan pemberian buku oleh Om Jay kepada salah seorang mahasiswi angkatan 2013 dan tentu saja perisitiwa tersebut tidak luput dari jepretan kamera handphone milik Om Jay, untuk keperluan posting artikel tentunya.
            Setelah itu, perkuliahan dilanjutkan dengan mengulang materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya mengenai “Menumbuhkembangkan Jiwa-Karakter Pemenang dalam Diri Masyarakat Indonesia.” Salah satu kesimpulan yang diperoleh, yaitu: kurangnya rasa nasionalisme yang dimilki oleh para pemuda, hal ini terlihat dari sikap beberapa mahasiswa yang lebih memilih menggunakan bendera negara lain dibanding bendera Indonesia pada jaketnya. Dalam hati saya pun membenarkan fenomena tersebut.
            Selesai mengulang materi pertemuan sebelumnya, perkuliahan dilanjutkan dengan materi baru, yaitu: “Filosofi dan Sejarah Olimpiade Kuno.” Om Jay memulai materi perkuliahan dengan tiga pertanyaan, yaitu:
(i)                 Mengapa penyelenggaraan olimpiade begitu populer?
(ii)               Mengapa negara di dunia berebut untuk menjadi tuan rumah peserta olimpiade?
(iii)             Mengapa menjadi seorang peserta olimpiade merupakan prestasi tertinggi bagi seorang atlet?
Informasi mengenai sejarah olimpiade kuno berawal dari ditemukannya prasasti peninggalan Kota Olympia oleh tentara Jerman pada abad ke-19. Prasasti tersebut menggambarkan olimpiade sebagai kegiatan festival olahraga yang juga merupakan ritual penyembahan kepada Dewa Zeus (dewa penguasa Gunung Olympia). Bangsa Yunani sangat menjaga sportivitas dan persahabatan saat penyelenggaraan olimpiade. Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Yunani yang terlibat perang untuk sejenak melupakan perang yang mereka hadapi dan menikmati penyelenggaraan olimpiade.
Saat awal penyelenggaraan olimpiade, hanya kaum laki-laki yang diijinkan untuk menjadi peserta. Para peserta diharuskan bertelanjang bulat untuk menjaga kesucian festival olahraga tersebut. Olimpiade dilaksanakan setiap empat tahun sekali di stadion berkapasitas 40.000 penonton dekat Sungai Kladeios selama lima hari. Stadion yang dimaksud tersebut masih bisa kita lihat keberadaannya sampai saat ini. Jenis perlombaan yang diadakan pada olimpiade kuno, diantaranya: lari, lempar lembing, gulat, penthatlon.
Penghargaan pemenang perlombaan pada olimpiade saat ini adalah berupa  sebuah medali yang dikalungkan di dada. Sedangkan saat olimpiade kuno, pemenang akan diberikan mahkota daun zaitun dan diberikan gelar “pahlawan” serta sangat dihormati oleh masyarakat. Hal ini terbukti jika pemenang tersebut melintas saat peperangan, maka seketika peperangan akan berhenti untuk menghormati keberadaannya. Agar saya dan teman-teman lebih mengerti bagaimana sejarah olimpiade kuno, Om Jay pun memutarkan sebuah video buatan Yunani yang berisi gambaran olimpiade saat itu.
Meskipun olimpiade begitu populer, ternyata pelaksanaannya sempat dihentikan oleh seorang raja Kristen, Theodore I pada 393 AD. Kekuasaan kerajaan tersebut berlanjut dengan aksi penghancuran Kota Olympia oleh Raja Theodore II pada 426 AD.
            Selanjutnya, Om Jay membahas mengenai sepuluh filosofi olimpiade kuno, yaitu:
1.      Menjaga kesucian diri
2.      Kekuatan dan kebugaran fisik
3.      Semangat untuk berprestasi
4.      Jujur
5.      Saling menghargai
6.      Terciptanya perdamaian
7.      Terjadinya kompromi dan kesepakatan antar suku.
8.      Penghargaan tertinggi
9.      Peningkatan ekonomi
10.  Sukacita atau sukaria
Om Jay pun juga membahas pendapat beberapa ahli, diantaranya:
1.      Socrates: “Badan yang kuat dan sehat merupakan penjaga yang baik bagi manusia.” Tentunya dengan badan yang sehat dan kuat, manusia akan lebih mudah untuk beraktivitas dalam hidupnya.
2.      Plato: “Olahraga bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai alat untuk menjadikan manusia orang yang sehat.” Dengan olahraga, tentunya fisik yang kuat dan sehat akan lebih mudah diperoleh.
3.      Aristoteles: “Kesehatan pikiran selalu tergantung dari kesehatan badan.”
Menjelang akhir perkuliahan, Om Jay memutarkan sebuah cuplikan film. Film tersebut menggambarkan seorang pelatih yang sedang berbincang dengan kapten tim yang ia latih. Inti dari pembicaraan mereka adalah kapten tim tersebut merasa pesimis akan menang, merasa kalah sebelum bertanding. Lalu, pelatih menantangnya untuk merangkak sambil menggendong temannya hanya dengan menggunakan bantuan tangan dan kaki dengan jarak sesuai dengan kesepakatan (tidak sampai ujung lapangan). Di tengah perjalanan, kapten tim tersebut sudah ingin menyerah namun pelatih terus memotivasinya. Di akhir saat sudah merasa tidak benar-benar sanggup, kapten tim tersebut akhirnya menjatuhkan diri ke lapangan. Ternyata, ia telah melintas sampai ujung lapangan, jauh dari jarak awal yang disepakatinya dengan pelatih. Lalu pelatih pun berkata,”Kamu adalah kapten tim. Jika kamu saja sudah merasa kalah, bagaimana dengan pemain lain?” Cuplikan film ini mengajarkan saya bahwa kemampuan yang kita milki sebenarnya lebih jauh dari yang kita tahu, asalkan kita memiliki sifat pantang menyerah dan tidak takut untuk terus mencoba.
Kemudian Om Jay mengadakan kuis tertulis berisi tiga soal dan langsung dikumpulkan. Kami pun bernyanyi bersama untuk menutup perkuliahan dengan lagu “Bangun Pemuda”. Perkuliahan diakhiri dengan beberapa tugas, diantaranya: resume pertemuan kedua (yang saya tulis ini), follow Om Jay di twitter dengan akun @wijayalabs, dan terakhir adalah Om Jay meminta kepada setiap mahasiswa untuk membawa nasi bungkus dengan lauk telur atau ayam yang harus dibawa pada pertemuan ketiga. Jadi, pada pertemuan yang akan datang, saya dan teman-teman akan sarapan bersama. Pasti seru!
Demikian kegiatan saya dan teman-teman pada pertemuan kedua. Semoga pertemuan selanjutnya ada lebih banyak lagi pelajaran yang bisa saya petik. Amin.

2 komentar: