Sabtu, 02 November 2013

“Workshop Keterampilan Fasilitasi dalam Penanaman Olimpisme” (Persiapan Praktek Lapangan)



Nama   : Dwi Kurnia Sari
Noreg  : 3115110425
Prodi   : Pendidikan Matematika Reguler 2011

“Workshop Keterampilan Fasilitasi dalam Penanaman Olimpisme” (Persiapan Praktek Lapangan)

            Sabtu, 2 November 2013 kami kembali bertemu OmJay setelah satu minggu yang lalu beliau tidak bisa mengisi perkuliahan karena ada tugas yang mengharuskannya keluar kota. Materi pertemuan ini adalah membahas bagaimana menjadi seorang fasilitator yang baik dalam penanaman nilai olimpisme. Materi ini diberikan dalam rangka tugas akhir kami dalam mata kuliah olimpisme.
Di awal perkuliahan, OmJay memutarkan sebuah video yang bercerita tentang seorang bernama Lena Maria yang memiliki cacat fisik (tidak mempunyai tangan dan ukuran salah satu kakinya hanya setengah dari ukuran kaki normal) dari lahir. Namun, Lena Maria ini tidak pernah mengeluh dengan keterbatasan fisiknya dan ia mampu berprestasi dengan keadaannya tersebut. Ia adalah seorang atlet renang berprestasi. Ia juga dapat mengendarai mobil dan melakukan segala aktivitas seperti melukis, memasak, dan menulis menggunakan kakinya. Video ini menunjukkan bahwa orang dengan keterbatasan fisik saja mampu berprestasi dan melakukan hal-hal yang membanggakan, mengapa kita orang yang normal tidak bisa melakukannya?
OmJay menjelaskan bahwa tujuan workshop ini nantinya adalah untuk meningkatkan wawasan dan kompetensi, mengembangkan dan merencanakan penanaman nilai olimpisme sesuai kebutuhan dengan latar belakang efekif, menyosialisasikan dan memfasilitasi program penanaman nilai-nilai olimpisme secara efektif sesuai prinsip.
Sebagai permulaan, seorang fasilitator workshop harus bisa membuat peserta saling mengenal satu sama lain, minimal dengan orang yang duduk di sebelahnya. Proses saling mengenal penting untuk permulaan setiap workshop. Mengapa dikatakan proses mengenal itu penting?  Karena dengan saling mengenal, peserta dan fasilitator akan lebih terbuka sehingga proses belajar dapat berjalan lebih mudah, suasana bersifat informal akan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, dan peserta akan lebih senang belajar dalam lingkungan belajar yang kondusif. Proses saling mengenal atau mengenal diri dapat dilakukan dengan menggambar wajah atau berbaris dan berkelompok.
Selanjutnya adalah mengenai teori belajar. Pertama dibahas dua konsep dasar mengenai pembelajaran berdasarkan objek, yaitu:
1)                Pedagogi: ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Pedagogi memilki prinsip proses pembelajaran dari orang tua (guru) ke anak (murid), tujuan proses bersifat mentransmisikan pengetahuan, dititikberatkan pada pengetahuan bukan skill atau attitude, hasil pembelajaran adalah tanggung jawab orang tua/guru, dan bantuan guru sangat dominan mengingat sifat anak yang masih membutuhkan orang lain dalam melakukan kegiatannya.
2)                Andragogi: ilmu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Prinsip dari pembelajaran andaragogi adalah: hasil belajar berupa perubahan perilaku setelah belajar, belajar bila perlu, belajar sambil bekerja, materi realistik dan sesuai dengan kebutuhan, tertarik bila materi yang disajikan menarik, menghubungkan materi belajar dengan pengalaman, dan membutuhkan lingkungan belajar yang informal juga kondusif.
Kemudian dibahas mengenai konsep dasar pembelajaran berdasarkan proses, yaitu:
1)      Conceptual learning: menekankan pada konsep atau nilai
2)                Experiential learning: berdasarkan pengalaman nyata, dengan harapan materi pelajaran dapat dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, diterapkan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan berbasis pada kesadaran berpikir.
Konsep pembelajaran experiential learning  lebih tepat digunakan untuk seorang fasilitator karena fungsinya hanya sebagai pemberi informasi dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran. Setelah mengetahui konsep yang tepat dalam pembelajaran olimpisme, materi berlanjut pada peran fasilitator. Tugas yang menantang untuk seorang fasilitator adalah bagaimana memotivasi warga belajar agar selalu siap melakukan perubahan positif. Mengatasi hal tersebut, tentunya seorang fasilitator harus mempersiapkan diri dengan cara: menjadi bagian dari warga belajar, menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, rasa tanggung jawab terhadap proses, menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya di antara warga belajar, mampu melihat permasalahan dan memecahkan permsalahan tersebut, mempunyai kamampuan untuk mempengaruhi (persuasi) orang lain, optimis dan punya itikad baik, dan yang terpenting adalah terbuka dalam menerima kritik dan mampu melihat segala perubahan (open mind).
Tahapan proses fasilitasi adalah: tee up (memberi instruksi, penjelasan, atau prosedur untuk melaksanakan simulasi), dan debriefing (pembahasan makna atau nilai, proses ini dilakukan pada akhir kegiatan namun bisa juga dilakukan di tengah kegiatan bila diperlukan).
Tugas seorang fasilitator mencakup 4F, yaitu Fact, Feeling, Finding, dan Future. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1)      Fact: menggali apa yang telah dialami peserta. Pertanyaan yang menggambarkan fact: Apa yang terjadi tadi? Apa yang anda amati dalam kelompok?
2)      Feeling: menggali proses psikologis peserta. Pertanyaannya: Bagaimana perasaan anda tadi? Apa tepatnya yang anda rasakan ketika mengalami kejadian tersebut?
3)      Finding: membimbing peserta untuk menentukan makna sebuah peristiwa atau simulasi. Pertanyaannya: Sebenarnya apa yang menyebabkan kegagalan dan kesuksesan kelompok? Bagaimana pendapat yang lain? Setuju? Ada komentar? Jadi apa yang terpenting untuk menyelesaikan simulasi? Seandainya diminta mengulang simulasi, apa yang akan anda lakukan?
4)      Future: apa yang akan terjadi selanjutnya. Pertanyaan: Apakah yang kita lakukan tadi berhubungan dengan pelajaran kita? Apa yang tepatnya terjadi di situasi kerja kita?
Seorang fasilitator tidak diperbolehkan untuk: melakukan penilaian terhadap jawaban peserta atau perilaku peserta saat kegiatan, menggunakan kalimat sebaiknya anda..., seharusnya anda..., mempermalukan peserta.
Menjadi seorang fasilitator tidaklah mudah namun kita tentunya bisa banyak belajar dan berlatih untuk meujudkan hal tersebut. Demikian resume saya untuk pertemuan ini. Lebih lengkapnya, materi ini akan dibahas pada pertemuan olimpisme selanjutnya di Istana Anak-anak, Taman Mini Indonesia Indah. Ya, Sabtu tanggal 9 November 2013 kami semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah olimpisme akan berkumpul di sana. Sampai ketemu Sabtu depan di TMII!