Nama : Dwi Kurnia Sari
Noreg : 3115110425
Prodi : Pendidikan
Matematika Reguler 2011
Resume Pertemuan ke-6 Olimpisme: “Nilai-nilai Olimpisme
dalam Masyarakat Global.”
Pertemuan
ke-6 mata kuliah olimpisme jatuh pada tanggal 19 Oktober 2013. Sebelum memulai
perkuliahan, OmJay memutarkan lagu yang berasal dari Jawa Tengah yaitu
Cublak-cublak Suweng. Lagu Cublak-cublak suweng merupakan lagu untuk permainan
dengan judul yang sama. Permainan ini dimainkan oleh lima orang dengan satu
orang membungkuk lalu keempat lainnya menyanyikan lagu tersebut sambil
menjalankan kepalan tangan salah satu pemain di atas telapak tangan pemain
lainnya. Saat lagu berhenti, pemain yang membungkuk harus menebak di mana kepalan
tangan terhenti. Jika tebakannya benar, maka pemain yang membungkuk akan
bergantian dengan pemain di mana kepalan tangan terhenti. Jika salah, pemain
yang sebelumnya membungkuk diharuskan untuk membungkuk kembali. Permainan ini
sudah jarang ditemukan saat ini. Anak-anak sekarang lebih sibuk dengan gadget milik atau pemberian orang tua mereka
daripada bermain permainan tradisional. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai
budaya Indonesia sudah mulai luntur di kalangan generasi penerus bangsa saat
ini. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas seorang pendidik untuk tetap
menanamkan nilai budaya Indonesia pada generasi penerus bangsa agar mereka
tetap memiliki jiwa nasionalisme.
Materi
berlanjut pada pembahasan “Nilai-nilai Olimpisme dalam Masyarakat Global.”
Masyarakat global erat kaitannya dengan globalisasi. Globalisasi adalah kondisi
dan situasi dimana terjadi perubahan di berbagai sektor yang berlangsung cepat
didukung oleh keterbukaan informasi yang semakin meluas. Hal ini mengakibatkan
tuntuntan standar kompetensi yang dimilki oleh setiap orang akan meningkat dan
kekuatan daya pikir akan lebih berperan dalam kesuksesan.
Indikator globalisasi dapat
dilihat pada perkembangan iptek yang begitu cepat, keterbukaan informasi yang
semakin meluas, persaingan kompetitif di berbagai sektor usaha, pergeseran
kultur budaya secara global, dan standarisasi kualitas secara global.
Globalisasi secara umum akan berdampak pada modernisasi versus kesiapan mental masyarakat (masyarakat belum siap menghadapi
persaingan dalam era globalisasi yang begitu ketat), negara kuat adalah negara
yang menguasai iptek, kesenjangan ekonomi dan sosial yang semakin lebar,
ketergantungan masyarakat terhadap teknologi yang semakin tinggi (semua proses
yang serba online, mulai dari ticketing, banking, reservation),
adaptasi kultur yang berdampak positif maupun negatif, dan tuntutan terhadap
kompetensi pendidikan yang semakin tinggi.
Setelah melihat dampaknya
secara umum, selanjutnya akan dibahas mengenai dampak globalisasi terhadap
masyarakat Indonesia. Pertama akan dibahas mengenai dampak positifnya, yaitu:
informasi yang sangat mudah didapat dan transparan, inovasi yang semakin
meningkat karena keterbukaan informasi, masyarakat semakin kritis, dan peluang
untuk belajar dan meningkatkan kompetensi sangat luas. Selain memberi dampak
positif, globalisasi ternyata juga berdampak negatif bagi Indonesia,
diantaranya: pergeseran orientasi cenderung ke arah barat (nilai-nilai budaya
semakin ditinggalkan), cenderung menjadi negara konsumen, ketergantungan tinggi
terhadap negara lain dalam hal pengelolaan Sumber Daya Alam, kekalahan dalam
persaingan global, menciptakan masyarakat yang cenderung berpikir instan dan
kurang memiliki semangat kerja keras.
Mengatasi dampak negatif
globalisasi, tentunya harus ada kondisi penyeimbang, yaitu: kecintaan terhadap
budaya nasional harus ditanamkan di lingkungan masyarakat khususnya generasi
muda, meningkatkan nilai spiritual sebagai pengendali kehidupan sosial
masyarakat, memelihara budaya positif dalam lingkungan masyarakat seperti
gotong royong, hormat pada orang tua.
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, globalisasi mengakibatkan tuntutan terhadap kompetensi pendidikan
pun semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan jumlah pengangguran terdidik semakin
besar dari tahun ke tahun. Penyebab hal tersebut, diantaranya: Sumber Daya
Manusia (SDM) kurang siap pakai karena tidak adanya links and match antara
pendidikan dengan lingkungan usaha, pembinaan soft skill yang kurang memadai, dan adanya gap besar antara tujuan pendidikan dengan industri atau usaha. Oleh
karena itu, diperlukan suatu kondisi penyeimbang untuk menjawab permasalahan
tersebut, yaitu: menyiapkan SDM potensial, ditingkatkannya peluang kerja dalam
berbagai sektor industri atau usaha seperti perminyakan, kehutanan, pertanian,
pariwisata, pendidikan, peternakan maupun manufaktur, meningkatkan kepedulian
dunia industri terhadap pendidikan dengan cara memberikan pelatihan.
Sudah dijelaskan sebelumnya
bahwa globalisasi memiliki beberapa dampak negatif dalam kehidupan. Diperlukan suatu
alternatif jawaban untuk solusi bagi permasalahan tersebut. Nilai-nilai
olimpisme hadir solusi dengan cara:
1.
Living respect:
meningkatkan dan menjaga kecintaan terhadap budaya luhur bangsa, meningkatkan
kepedulian terhadap sesama dan hal-hal positif, menanamkan bahwa persahabatan
dan kedamaian merupakan hal utama dalam lingkungan masyarakat, dan saling menghargai
atau toleransi.
2.
Living excellence:
memiliki semangat pantang menyerah, melihat masalah sebagai tantangan atau
peluang, menciptkan masyarakat dinamis yang selalu ingin belajar
3.
Living Friendship: memelihara persahabatan, berempati kepada orang lain, bekerja sama dalam
hal yang positif.
Hal terpenting yang perlu diingat adalah filosofi dari
nilai olimpisme, yaitu citius, altius, dan
fortius. Suatu negara dapat dikatakan
maju jika masyarakat lebih cepat untuk belajar, lebih tinggi dalam mencapai
target dan memiliki kekuatan sumber daya lebih baik.
Jadi, kesimpulan saya pada pertemuan ke-6 olimpisme ini
adalah nilai-nilai olimpisme relevan untuk diterapkan sebagai alternatif
jawaban menghadapi persaingan global yang semakin kompetitif. Milikilah jiwa
pemenang agar tidak tergeser dalam tuntutan kualifikasi yang semakin tinggi
pada era globalisasi saat ini.
Demikian resume saya pada pertemuan ini. Semoga bermanfaat.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar