Resume pertemuan ke-3 Olimpisme: “Filosofi dan Nilai-nilai Olimpisme”
Mata
kuliah olimpisme memasuki pertemuan ketiga pada hari Sabtu, 14 September 2013.
Sebelum perkuliahan dimulai, seperti yang telah diperintahkan pada pertemuan
sebelumnya, setiap mahasiswa diharuskan membawa makanan untuk sarapan bersama.
Sarapan dimulai pada pukul 07.45 WIB sampai pukul 08.00 WIB. Sembari sarapan,
OmJay memutarkan film pendek hasil karya siswa didiknya di Labschool. Inti dari
film pendek tersebut adalah kita sebagai masyarakat perkotaan harus bisa
menjaga dan merawat ruang terbuka hijau yang jumlahnya sangat terbatas untuk
udara yang lebih bersih.
Pukul
08.00 WIB perkuliahan dimulai dengan materi baru, yaitu mengenai Filosofi dan
Nilai-nilai Olimpisme. Istilah olimpisme (olypism)
berasal dari kata olympia atau olympic yang merupakan sebuah tempat
penyelenggaraan aktivitas festival olahraga Yunani kuno (olimpiade kuno) dan
isme (ism) yang merupakan ajaran atau sistem tatanan sosial yang memilki
nilai bila diterapkan di masyarakat. Jadi, olimpisme adalah dasar fundamental
dan filosofi kehidupan yang mencerminkan dan mengombinasikan keseimbangan
jasmani dan rohani, harmoni antara keolahragaan, budaya, dan pendidikan, sehingga
dapat tercipta hidup yang selaras dan mengedepankan etika. Olimpisme juga mampu
mengajarkan persahabatan.
Disela-sela
pemberian materi kuliah, OmJay memutarkan sebuah cuplikan iklan dengan judul “A Thief”. Video tersebut berisi dua
orang pencuri yang akhirnya memilih mengembalikan barang-barang curian mereka
setelah membaca “A real man are not
afraid to change. Why wait?”
Materi
berlanjut pada visi olimpiade. Visi olimpiade adalah menempatkan olahraga
sebagai wahana pembentukan manusia secara utuh dalam usaha membangun suatu
masyarakat yang damai. Jadi, dalam pelaksanaan olimpiade harus tetap menjunjung
tinggi persahabatan dan perdamaian karena olahraga bukanlah tujuan utama.
Penting untuk menghindari adanya diskriminasi ras dalam pelaksanaan olimpiade.
Tokoh
yang memulai gerakan olimpiade adalah Pierre de Coubertin. Beliau berpendapat,”The Aims of Olympic Movement: to educate
young peoples through sport in a spirit of better understanding between each
other, and of friendship” (Tujuan dari gerakan olimpiade adalah untuk
mengajarkan pemuda melalui olahraga dengan semangat jiwa yang lebih baik satu
sama lain dan persahabatan). Jelas dari pernyataan Pierre de Coubertin bahwa
olimpiade mengedepankan persahabatan.
Selanjutnya
pendapat mengenai olimpiade dari presiden IOC (Internatinal Olympic Committee) yaitu “Our world today is in need of peace, tolerance, and brotherhood” (Dunia
kita saat ini membutuhkan perdamaian, toleransi, dan persaudaraan). Maksudnya
adalah IOC berusaha mewujudkan ketiga hal tersebut (perdamaian, toleransi, dan
persaudaraan) melalui olimpiade. Persaudaraan tersebut dapat terlihat pada
bendera olimpiade berupa lima lingkaran yang saling terkait satu sama lain
melambangkan lima benua bersatu dalam kibaran bendera (Olympics make one world flying the flag).
Tokoh berikutnya yaitu Father Henri
Didon, seorang guru dari Republik Dominika yang merupakan teman Pierre de
Coubertin. Beliau mengungkapkan nilai dari motto olimpiade (value of the olympic games motto), yaitu
Citius (lebih cepat), Altius (lebih tinggi), dan Fortius (lebih kuat). Ketiga motto
tersebut ternyata relevan dengan kehidupan sehari-hari, menghadapi persaingan
hidup yang semakin ketat tentu kita harus lebih tanggap dan gerak cepat (citius) dalam menghadapi perkembangan
dunia yang semakin maju, memilki semangat yang lebih tinggi (altius), dan harus lebih kuat (fortius) agar tidak tersisih.
Ada tiga semangat
hidup berdasarkan olimpiade yang patut untuk dicontoh, diantaranya:
1.
Living Excellence
-
Kerja
keras untuk mencapai prestasi terbaik
-
Berjuang
hingga akhir (pantang menyerah)
-
Fokus
terhadap pencapaian prestasi
-
Terus
belajar untuk memperoleh prestasi terbaik
-
Menjaga
keseimbangan antara kebugaran fisik, motivasi atau keinginan, dan mental.
2.
Living Respect
Hidup harus
saling menghargai diri sendiri dan orang lain dalam hal: perbedaan pendapat,
keyakinan, keragaman budaya, suku, ras, bangsa, hak-hak sebagai manusia, dan
pencapaian prestasi atau kesuksesan seseorang.
3.
Living Friendship
Memelihara
persahabatan, berempati kepada orang lain, bekerja sama dalam hal yang positif.
Selanjutnya
dibahas mengenai tujuh konsep pembetukan nilai moral menurut IOC: 1) Excellence in performance (performa
terbaik), 2) Joy and pleasure in
participation (Ikhlas dalam partisipasi), 3) Fairness of play (jujur), 4) Respect
for other nations, cultures, religions, and individuals (menghargai
perbedaan bangsa, agama, dan pribadi), 5) Human
quality development (Pengembangan kualitas manusia), 6) Leadership by sharing, training, working,
and competing together (Memimpin dalam berbagi, berlatih, bekerja, dan
berkompetisi), 7) Peaceful co-existence
between different rationality (Perdamaian di atas perbedaan).
Terakhir,
dibahas mengenai penjabaran nilai gerakan olimpiade dan olimpisme dalam
kehidupan. Nilai-nilai tersebut, diantaranya: visioner, peaceful, no discrimination, mutual understanding,
solidarity, friendship, fair play, excellence, fun, respect, human development,
leadership, motivation, dan team work.
Kesimpulan saya pada pertemuan
ketiga olimpisme ini adalah olimpiade sangat mengutamakan persahabatan dan
perdamaian dalam pelaksanaannya, ada tiga macam semangat hidup olimpiade yang
dapat dicontoh yaitu living excellence,
living respect, dan living friendship,
motto dari olimpiade (citius, altius,
fortius) mengajarkan kita untuk terus semangat berkompetisi dalam
menghadapi persaingan hidup yang semakin ketat.
Demikian resume saya pada pertemuan
ketiga olimpisme. Semoga bermanfaat. Amin.
rsume yg lengkap
BalasHapussalam
omjay