Nama : Dwi Kurnia Sari
Noreg : 3115110425
Prodi : Pendidikan Matematika
Reguler 2011
“Workshop Keterampilan Fasilitasi dalam Penanaman Olimpisme” (Persiapan
Praktek Lapangan)
Sabtu, 2 November 2013
kami kembali bertemu OmJay setelah satu minggu yang lalu beliau tidak bisa
mengisi perkuliahan karena ada tugas yang mengharuskannya keluar kota. Materi
pertemuan ini adalah membahas bagaimana menjadi seorang fasilitator yang baik
dalam penanaman nilai olimpisme. Materi ini diberikan dalam rangka tugas akhir
kami dalam mata kuliah olimpisme.
Di awal perkuliahan, OmJay memutarkan sebuah video yang
bercerita tentang seorang bernama Lena Maria yang memiliki cacat fisik (tidak
mempunyai tangan dan ukuran salah satu kakinya hanya setengah dari ukuran kaki
normal) dari lahir. Namun, Lena Maria ini tidak pernah mengeluh dengan
keterbatasan fisiknya dan ia mampu berprestasi dengan keadaannya tersebut. Ia
adalah seorang atlet renang berprestasi. Ia juga dapat mengendarai mobil dan
melakukan segala aktivitas seperti melukis, memasak, dan menulis menggunakan
kakinya. Video ini menunjukkan bahwa orang dengan keterbatasan fisik saja mampu
berprestasi dan melakukan hal-hal yang membanggakan, mengapa kita orang yang
normal tidak bisa melakukannya?
OmJay menjelaskan bahwa tujuan workshop ini nantinya
adalah untuk meningkatkan wawasan dan kompetensi, mengembangkan dan
merencanakan penanaman nilai olimpisme sesuai kebutuhan dengan latar belakang
efekif, menyosialisasikan dan memfasilitasi program penanaman nilai-nilai
olimpisme secara efektif sesuai prinsip.
Sebagai permulaan, seorang fasilitator workshop harus
bisa membuat peserta saling mengenal satu sama lain, minimal dengan orang yang
duduk di sebelahnya. Proses saling mengenal penting untuk permulaan setiap
workshop. Mengapa dikatakan proses mengenal itu penting? Karena dengan saling mengenal, peserta dan
fasilitator akan lebih terbuka sehingga proses belajar dapat berjalan lebih
mudah, suasana bersifat informal akan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif,
dan peserta akan lebih senang belajar dalam lingkungan belajar yang kondusif.
Proses saling mengenal atau mengenal diri dapat dilakukan dengan menggambar
wajah atau berbaris dan berkelompok.
Selanjutnya adalah mengenai teori belajar. Pertama
dibahas dua konsep dasar mengenai pembelajaran berdasarkan objek, yaitu:
1)
Pedagogi: ilmu dan
seni dalam mengajar anak-anak. Pedagogi memilki prinsip proses pembelajaran
dari orang tua (guru) ke anak (murid), tujuan proses bersifat mentransmisikan
pengetahuan, dititikberatkan pada pengetahuan bukan skill atau attitude,
hasil pembelajaran adalah tanggung jawab orang tua/guru, dan bantuan guru
sangat dominan mengingat sifat anak yang masih membutuhkan orang lain dalam
melakukan kegiatannya.
2)
Andragogi: ilmu
ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Prinsip dari pembelajaran
andaragogi adalah: hasil belajar berupa perubahan perilaku setelah belajar,
belajar bila perlu, belajar sambil bekerja, materi realistik dan sesuai dengan
kebutuhan, tertarik bila materi yang disajikan menarik, menghubungkan materi
belajar dengan pengalaman, dan membutuhkan lingkungan belajar yang informal
juga kondusif.
Kemudian dibahas mengenai konsep dasar pembelajaran
berdasarkan proses, yaitu:
1)
Conceptual learning: menekankan pada konsep atau nilai
2)
Experiential learning: berdasarkan pengalaman nyata, dengan harapan materi pelajaran dapat
dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, diterapkan untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan berbasis pada kesadaran
berpikir.
Konsep pembelajaran experiential
learning lebih tepat digunakan untuk
seorang fasilitator karena fungsinya hanya sebagai pemberi informasi dan
mempermudah terjadinya proses pembelajaran. Setelah mengetahui konsep yang
tepat dalam pembelajaran olimpisme, materi berlanjut pada peran fasilitator. Tugas
yang menantang untuk seorang fasilitator adalah bagaimana memotivasi warga
belajar agar selalu siap melakukan perubahan positif. Mengatasi hal tersebut,
tentunya seorang fasilitator harus mempersiapkan diri dengan cara: menjadi
bagian dari warga belajar, menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, rasa
tanggung jawab terhadap proses, menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya di
antara warga belajar, mampu melihat permasalahan dan memecahkan permsalahan
tersebut, mempunyai kamampuan untuk mempengaruhi (persuasi) orang lain, optimis
dan punya itikad baik, dan yang terpenting adalah terbuka dalam menerima kritik
dan mampu melihat segala perubahan (open
mind).
Tahapan proses fasilitasi adalah: tee up (memberi instruksi, penjelasan, atau prosedur untuk
melaksanakan simulasi), dan debriefing
(pembahasan makna atau nilai, proses ini dilakukan pada akhir kegiatan namun
bisa juga dilakukan di tengah kegiatan bila diperlukan).
Tugas seorang fasilitator mencakup 4F, yaitu Fact, Feeling, Finding, dan Future. Penjelasannya adalah sebagai
berikut:
1)
Fact: menggali apa
yang telah dialami peserta. Pertanyaan yang menggambarkan fact: Apa yang terjadi tadi? Apa yang anda amati dalam kelompok?
2)
Feeling:
menggali proses psikologis peserta. Pertanyaannya: Bagaimana perasaan anda
tadi? Apa tepatnya yang anda rasakan ketika mengalami kejadian tersebut?
3)
Finding:
membimbing peserta untuk menentukan makna sebuah peristiwa atau simulasi.
Pertanyaannya: Sebenarnya apa yang menyebabkan kegagalan dan kesuksesan
kelompok? Bagaimana pendapat yang lain? Setuju? Ada komentar? Jadi apa yang
terpenting untuk menyelesaikan simulasi? Seandainya diminta mengulang simulasi,
apa yang akan anda lakukan?
4)
Future: apa
yang akan terjadi selanjutnya. Pertanyaan: Apakah yang kita lakukan tadi
berhubungan dengan pelajaran kita? Apa yang tepatnya terjadi di situasi kerja
kita?
Seorang fasilitator tidak diperbolehkan untuk: melakukan
penilaian terhadap jawaban peserta atau perilaku peserta saat kegiatan, menggunakan
kalimat sebaiknya anda..., seharusnya anda..., mempermalukan peserta.
Menjadi seorang fasilitator tidaklah mudah namun kita
tentunya bisa banyak belajar dan berlatih untuk meujudkan hal tersebut. Demikian
resume saya untuk pertemuan ini. Lebih lengkapnya, materi ini akan dibahas pada
pertemuan olimpisme selanjutnya di Istana Anak-anak, Taman Mini Indonesia Indah.
Ya, Sabtu tanggal 9 November 2013 kami semua mahasiswa yang mengambil mata
kuliah olimpisme akan berkumpul di sana. Sampai ketemu Sabtu depan di TMII!